22 Januari 2011

Padang Berdendang

Setelah Mataram, di Selatan Indonesia, kini saya berkesempatan ke Sumatera Barat. Ya, Padang. Kota yang baru saja diterpa gempa bumi yang menelan banyak korban jiwa dan bangunan yang runtuh di pertengahan 2009 dan gelombang tsunami di salah satu pulaunya beberapa minggu yang lalu.

Kebetulan saya pergi bersama Pa Luthfi dan Agus, jadilah kami tiga serangkai yang saling menyerang satu sama lain, ahaha. Pergi Minggu Malam dengan landed dengan cukup mengkhawatirkan di Minangkabau Int’l Airport karena cuaca buruk, hujan deras dan angin yang kencang. Untung saja sudah dijemput dan siap diantar ke hotel dengan tentu saja mampir di rumah makan Padang dulu. FYI, ternyata Restoran Padang juga berjamuran disana, banyak sekali. Padahal kan kalo dipikir-pikir apa ga bosen gitu ya mereka makan masakan bertema santen terus, heu.

Pagi pertama di Kota Padang, dikejutkan dengan banyaknya gedung yang masih dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Setahun lebih sejak terjadinya gempa ternyata Padang belum pulih. Masih banyak bangunan yang berbentuk puing-puing. Masih banyak juga yang dibiarkan berdiri walau dengan kondisi yang setengah hancur. Setelah entry dan sedikit pengarahan, kami bergegas untuk mencari hotel baru dan dapetlah di daerah yang setahun lalu hancur lebur akibat gempa. Ngeri juga, cuman apa daya, suara saya kalah dengan dua rekan saya.

Kami sempat diantar ke Bukittinggi, sekitar dua jam dari Padang. Pertama, ke Lembah Anai, air terjun yang ada di samping jalan raya, enaknya. Setelah itu, Lubang Jepang, Panorama, dan Ngarai Sianok. Sekali lagi, tujuan pariwisata yang amat sangat bagus namun belum “dimanfaatkan”. Lubang Jepang itu katanya goa buatan tentara Jepang yang termegah di Indonesia. Besar memang, dibuat kagum saya dengan arsitekturnya yang luar biasa. Jam Gadang, Taman bung Hatta, dan Pasar Atas adalah destinasi kami selanjutnya. Jepret sana-sini bak foto model dengan perut gendut kekenyangan makan Nasi Kapau khas Padang. Jam Gadang ini jantungnya Kota Bukittinggi, jadi rame banget. Di Pasar Atas, sempat membeli beberapa cinderamata, sarung, baju koko, dan lainnya. Pulangnya, kami melewati Gunung Merapi Padang dan mampir sejenak ke Danau Singkarak. What a beautiful scenery!

Kami juga sempet berkunjung ke Jembatan Siti Nurbaya. Ya jembatan yang menuju sebuah bukit dimana sang legenda Siti Nurbaya dimakamkan. Makan kepala kakap di dekat Pelabuhan Bungus, setengah jam dari Teluk Bayur yang melegenda itu. Next, Pantai Air Manis, tempat dimana Malin Kundang dikutuk sang Ibunda, merinding saya liatnya, heu. Parah bener dah miripnya. Di Padang juga kami menghadiri nonton bareng final Piala AFF. Sumpah yaa, semangat orang disana ga kalah sama yang dateng ke GBK. Bikin bulu kuduk berdiri, bikin semangat bergelora.

Yah begitulah enam hari di Padang. Bagian ga enaknya (kerja dan begadang-red) ga usah pake diceritain, bikin pusing, ahaha. Sayang, ga sempet ketemu Defi yang lagi hamil muda, heu. Terima kasih Padang atas jamuannya yang begitu berkesan. Jakarta, I am home..

Thanks Allah telah mengizinkan saya bertandang ke sisi lain Indonesia.


At Gadang's Tower

3 komentar:

harry mengatakan...

mau oleh-oleh keripik balado. kirim ke pulau sebrang ya my'

abi mengatakan...

pamer foto ajah terus

dira mengatakan...

asik samaan deh kita punya foto di jam gadangb