21 Desember 2009

Selamat Hari Pahlawan, Gurukuuu,...

Terpujilah wahai engkau Ibu Bapak Guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan ku ukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terimakasih ku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa
-HymneGuru, Sartono-

Enak yaa jadi guru, diciptain lagu nasional, dicap sebagai pahlawan walau tanpa tanda jasa, dan dapet pahala karena udah nyumbangin ilmu yang mereka punya untuk kecerdasan bangsa.
Suatu saat nanti, gw mao ah jadi guru, dosen, atau widyaiswara yang nyumbain ilmu dan pemikiran gw buat kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.
Ya Tuhan, di dalam momen hari guru ini, izinkanlah saya bermohon kepada-Mu untuk senantiasa melindungi dan menyayangi guru-guru yang pernah memberikan ilmunya kepada saya, juga guru-guru lain di seluruh penjuru nusantara yang ikhlas dan bekerja di jalan-Mu, yang memiliki cita-cita untuk memajukan kecerdasan bangsa ini.
Selamat Hari Pahlawan, Guruku..

Ayo Kita Berkurbaaaaann,,

TULISAN INI TIDAK SAMA SEKALI BERMAKSUD UNTUK RIYA, SOMBONG, ATAU APAPUN ITU NAMANYA. SAYA HANYA MEMBAGI CERITA PRIBADI, YANG SIAPA TAHU DAPAT MEMOTIVASI SAYA, ANDA, KITA SEMUA UNTUK SELALU BERKURBAN, BERSEDEKAH DI JALAN TUHAN.

Tepat setahun yang lalu, ketika saya mendapat gaji magang pertama, saya membeli seekor kambing. Yeah, sebuah keinginan religius terpendam yang ingin sekali saya wujudkan dengan kemampuan sendiri (selain naik haji bersama keluarga dan kerabat dekat tentunya!). Akhirnya, bisa juga memenuhi kewajiban saya berbagi dengan sesama di jalan kebenaran.
Memang belum seberapa apa yang saya lakukan ini dibanding teman-teman yang lain, yang selalu bisa bersedekah di setiap kesempatan yang ada, yang selalu bisa lebih konkret membantu sesama, yang lebih teguh menjalankan segalanya di jalan Tuhan. Saya hanya bisa melakukan ini untuk saat ini. Untuk itu, tidak ada tujuan sama sekali saya untuk riya ataupun sombong karena ini memang sangat kecil di mata Tuhan, saya tahu benar soal itu.
Saya ikhlas Allah ta’ala, itu yang rasakan. Saya hanya berharap ridho Tuhan dari apa yang saya lakukan. Saya percaya kambing yang disembelih atas nama saya tersebut bisa menolong saya disetiap kesulitan hidup yang saya hadapi nantinya, bisa menjadi kendaraan saya untuk menuju surga-Nya kelak. Dalam suatu kesempatan saya juga berdoa agar diberikan kemudahan untuk mendapatkan penempatan kerja di Jakarta, dekat dengan kedua orang tua saya.
Hanya sunyi yang menemani saya tatkala kambing saya dipotong. Begini yang ada di pikiran saya (sedikit terlihat bodoh memang, tapi ini yang terlintas,
“Kambiiiiinggg, maaf yaa. Karena saya kamu jadi dipotong. Terima kasih telah membuat saya mengerti arti sebuah pengorbanan. Terima kasih telah membuat kelegaan di hati saya. Semoga kamu bisa menjadi kendaraan saya menuju Tuhan. Dan semoga dagingmu bermanfaat untuk yang membutuhkan.”
Alhamdulillah, puji syukur ku untuk-Mu, Tuhan, atas segala kelimpahan rahmat dan rezeki untukku sehingga tahun ini aku kembali dapat memperpanjang tenggang waktu berkurbanku.
Ayoooo kawan, kalau kita mampu, kita berkurban. Demi Tuhan, saya merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa. Ayo, ayo, selamat mencobaaaaaa..