24 Oktober 2011

Pengadilan Allah

Ahh, muaaakk banget deh denger berita akhir-akhir ini. Entah, rasanya mulai pesimis bisa menjadi bagian dalam perubahan negeri ini. Entah harus percaya sama siapa lagi. Entah mau dibawa kemana bangsa ini oleh para pemimpinnya.

Cape dengernya, yang satu nuduh ini, yang lainnya ngelak dan nuduh balik. Grr, mau ga didengerin yaa tetep kedengeran, heu. Apa orang-orang itu ga takut ya? Bukankah setiap orang akan dijemput oleh hari penghitungan, hari pengadilan dimana semua perbuatan akan ditimbang baik dan buruknya, dan bukankah pengadilan Allah adalah pengadilan yang seadil-adilnya? Pengadilan yang akan memutuskan yang benar sebagai sesuatu yang memang benar, dan yang salah sebagai sesuatu yang seharusnya salah.

Seperti kata bukunya Fuadi, "Man yazra' yahsud, siapa yang menanam akan menuai yang ditanam."

Yah, sudahlah. None of my bussiness ngurus begituan. Yang penting saat ini belajar dulu yang banyak supaya bisa punya bekel ilmu buat jadi solusi di masa depan, sambil berdoa supaya selalu dijaga keimanan dan keteguhan hati ini, selalu dijaga dari perbuatan-perbuatan syaitan

Racauan Pagi Hariii..

Ahaii, akhirnya nonton final episodenya Harry Potter yang melegenda itu. Gw begitu ngikutin ceritanya sih tbh, tapi yang jelas gw amat sangat suka ending-nya yang 19 tahun kemudian itu loh. Ketika akhirnya kejahatan musnah, sementara cinta dan persahabatan tulus yang menang. Ketika akhirnya tokoh-tokoh sentral di film tersebut saling menikah dan memiliki anak. Ahh...

Suka bener gw sama cerita-cerita yang happy ending. Rasanya ngasih perasaan yang menyenangkan dan bikin mood jadi bagus kalo ngingetnya. Maklum, anaknya suka kebawa perasaan terus jadi drama, haha.

Yah, semoga aja hidup gw juga akan berakhir manis, berakhir bahagia. Amin..

7 Agustus 2011

Sawarna, finally!

Ihaiii, S.A.W.A.R.N.A!!!!!! :)
9-10 Juli 2011
***

Berbeda dengan cerita perjalanan liburan saya sebelumnya, kali ini saya hanya akan membagikan tips dan trik berlibur kesana, enjoy it!

Siluet gueee, keren ah!
Butuh perjalanan sekitar 7-8 jam dari Depok/Jakarta untuk menuju Pantai Sawarna, 2 jam dari Pelabuhan Ratu. Mengingat jalur yang selalu macet, maka sebaiknya memang memilih untuk berangkat pagi-pagi buta dan sampai tujuan pas waktu makan siang atau Anda bisa pergi aga siangan dan sampai pas waktunya Tahajud, karena dipastikan akan terkena macet menunggu si Komo lewat.

Jalannya tidak begitu bersahabat, cukup membuat perut mual, pala pusing yang disertai dengan kelabilan mood, apalagi bagi Anda yang duduk di belakang. Disarankan untuk tidak menggunakan city car berpenumpang full atau penumpang mobil tersebut akan terpaksa turun dan jalan mendaki jalanan terjal sementara Anda akan menyetir dengan kekuatan penuh, keringat bercucuran serta emosi yang berantakan.

Ternyata Sawarna panas banget jendral. Buat yang biasa idup di kutub, bawalah perlengkapan anti kepanasan Anda. Kipas angin, kacamata hitam, dan sunblock pastinya. Gak usah bawa topi, Anda akan dipinjamkan topi petani yang sungguh amat unik dan pas untuk aksesoris pada foto Anda. Pastikan membawa kamera, karena pemandangannya sangat cocok untuk diabadikan pada kamera Anda, walau Anda sama sekali tidak berbakat dalam hal fotografi.

Pilihlah homestay yang terakreditasi A, alias aman, nyaman, masakan host yang enak, dan murah. Alhamdulillahh, kemarin saya mendapatkan homestay yang terakreditasi A dengan bantuan Uti, just follow her @utinilamsari. You can feel free to ask about that. Kalau bisa, gunakanlah momen traktiran kerabat terdekat Anda untuk biaya penginapan karena akan sangat membantu keuangan Anda. Jangan lupa, jaga barang berharga Anda dengan mengunci kamar atau homestay Anda. Bagaimanapun juga, banyak orang yang hilir mudik disana.

Sewalah jasa guide untuk berkeliling disana. Pilihlah guide yang tau jalan disana supaya Anda tidak nyasar. Selain itu, kemampuan berkomunikasi dan tampang juga amat diperlukan, siapa tahu Anda ingin berfoto dengannya di dalam gua. Jangan pilih yang menggunakan high heels atau anggota MLM tertentu. Kalau bisa, gunakanlah jasa guide yang direkomendasikan host homestay Anda. Untuk dua hari perjalanan keliling Sawarna, satu grup hanya membayar Rp100.000,-. Dengan jasa guide, Anda akan mengunjungi seluruh spot yang tersedia disana.

Gunakanlah sendal teplek atau bahkan sendal gunung untuk berjalan-jalan. Anda akan melewati bukit-bukit, jalan raya, persawahan, jembatan gantung, pasir pantai, padang lumut kuning, hingga karang bebatuan yang tajam. Hati-hati melangkah atau Anda bisa saka menginjak hewan air disana. Bawalah persediaan makanan dan minuman yang memadai. Janganlah membawa makanan dan minuman jika sedang bulan Ramadhan karena puasa Anda bisa batal.

Gunakanlah warna baju yang mencolok agar terlihat kontras pada foto Anda. Jangan tanggalkan baju Anda di sembarang tempat, apalagi Anda berperut tidak sedap dipandang. Janganlah pula mandi terlalu lama karena akan membuat teman Anda menunggu dengan kesal akibat pasir yang membuat pantat gatal.

Janganlah menggunakan makeup yang berlebihan. Jangan pula terlalu napsu ngeliat bule-bule berjemur. Bawalah diri Anda sesederhana mungkin. Janganlah Anda membawa pekerjaan, atau selama perjalanan Anda akan membolak-balikan kertas dan tidak bisa tertidur pulas. Dan gunakanlah kalimat, "Kami dokter dan mau ke RSUD" jika ditanya orang yang tidak dikenal. Bawalah hardisk eksternal Anda, siapa tahu Anda ingin meng-copy film Korea terbaru.

Pulanglah dari sana jangan terlalu sore, kemacetan masih mengintai Anda. Tidak usah membawa pasir pantai atau air laut karena akan memenuhi bagasi Anda. Jika Anda penakut, janganlah coba-coba naik motor melintasi jembatan gantung, apalagi membawa kamera, sesungguhnya itu akan membuat air mata Anda keluar beraturan disertai dengan muka yang tiba-tiba pucat pasi seperti nasi kemaren sore. #eh

Terakhir, janganlah lupa sholat lima waktu sebagai ungkapan syukur Anda. Bawalah bekal makanan yang banyak jika membawa teman yang berat badannya mendekati 90kg atau dia akan marah-marah sepanjang perjalanan. Bayarlah uang patungan Anda sesuai dengan perhitungan, jangan mencoba-coba untuk tidak membayar atau Anda akan dikucilkan serta dijodohkan dengan sapi-sapi yang sedang berlibido tinggi karena musim kawin telah tiba.

NOTE: Tidak semua yang dibaca adalah benar. Gunakan intuisi Anda dalam menentukan tips ynag berharga. Terima kasih, selamatt berlibur.

Spesial thanks, Indri, Uti, Teteh, Inggit, Mamang, dan Abang. Love yaa!!


Our full team! *Sunrise at Sawarna*
More photos at fachmyfajri.tumblr.com
Photos by Galih dan Indri

Papua, the other side of Indonesia!

Gyaaaa, ahirnya menginjakan kaki di Tanah Papua. Sebuah sisi lain kehidupan masyarakat Indonesia, luarrr biasa. Berangkat menggunakan GA jam 11 malem, bareng Pa Luthfi dan Oki. FYI, untuk menuju Jayapura, pesawatnya akan transit di Bali dan Timika dulu. Ga sempet turun di Ngurah Rai karena tengah malem, ngantuk parahh, tapi sempet turun dan muter-muter di bandara Timika. Banyak bule disini, mobilnya bagus-bagus, bandaranya juga bagus, klasik minimalis kaya rumah-rumah di Chicago, Texas gitu. *kaya pernah ke Amerika aja gw*, rame, dan ada ada lambang Ban segede gaban di depan bandaranya, ya dipersembahkan untuk pekerja Freeport katanya. Dan untuk kali pertama, kaki gw menginjak tanah Papua.

Sampe di Jayapura, bandaranya rameee banget uda kaya terminal. Secara ada 30 kabupaten/kota di Papua (termasuk provinsi) dan yang bisa ditempuh lewat jalur darat cuman 3 kabupaten kalo dari Jayapura, sisanya harus naek pesawat. Perjalanan satu jam lebih dari bandara ke kantor. Satu hal, nyamuknya ganas! Luar biasa, kesenengan deh mereka nyedot dari gw, heu. Jayapura panas, tapi sering ujan mendadak juga, cuacanya agak sulit diprediksi. Masyarakat Papua juga sering terlihat berkumpul di luar, sambil makan buah Kina.

Kondisi disana berbukit-bukit, rame ko, ga sesepi yang gw kira. Angkotnya unik, duduknya madep depan, makanannya rata-rata seafood, secara ngesot dikit dari kota uda laut, kantor aja kalo ngeliat ke jendela view-nya laut sama tebing gitu. Banyak anjing sama babi yang jalan-jalan santai di pinggir jalan, wow. Harga makanan dan kebutuhan lain juga lebih tinggi disana, dan ada happy puppy, haha, uda jauh-jauh, tetep aja yang dicari tempat karaoke keluarga.

Seminggu disana, gw sempet jalan-jalan ke Danau Sentani. Beruntungnya, lagi ada pekan FDS, Festival Danau Sentani, dimana berbagai suku di Papua menunjukan budaya mereka di atas Danau Sentani. Selain itu, sempet ke Perbatasan Papua Nugini. Hahai, pertama kalinya gw liat perbatasan. Senyapp, dijaga oleh masing-masing angkatan bersenjata.

Sentani's Lake
Sayangnya gw ga sempet banyak foto. Jumat subuh, gw uda balik lagi ke Jakarta, kali ini lewat Biak-Makassar. Jadilah seminggu ini gw keliling Indonesia bagian tengah dan timur. Di Biak sempet liat-liat lautnya. Gile lautnya lima gradasi warna dengan pasir putih bersih, bagusss bangett! Ga lama di Biak, kita terbang ke Makassar. Yeah, kali pertama juga gw nginjekin kaki di bumi Sulawesi. Bandaranya bagus, megah.

Ya, gitulah perjalanannya. Walau ga banyak kemana-mana, tapi banyak yang pertama kali buat gw. 


Me, spreading peace for all the world, alah! @ border line of IDN and PNG

6 Agustus 2011

Malang, a dream comes true vacation!

Akhirnyaaaa, kemon kita ke Malang. Setelah setengah tahun diundur gara-gara alamyang ga mendukung kita kesana, long weekend kemaren akhirnya gw dan temen-temen berkesempatan kesana. Kita berenam belas, gw, Teteh , Bang Galih, Irir, Nanto, Sopia, Mamang, Inggit, Darius, dan ada juga 7 temen kantornya Galih, ruame pol uda kaya tamasya se-kecamatan!

Pergi naek Kereta Gumarang menuju Surabaya selama 13 jam! Kotak jadinya pantat saya, sakit kelamaan duduk. Nyampe Surabaya Kamis pagi dan langsung pergi ke Batu, Malang dengan mampir makan siang Bakso Solo! *entah bisa-bisanya Bakso Solo bertahan diantara menjamurnya kenikmatan Bakso Malang*

Nyampe vila, beberes badan yang aroma dan tingkat kekucelannya uda ga keruan. Dengan angkot sewaan kita berangkat ke Coban Rondo, aer terjun janda kalo kata orang sini mah. Seruu, aer terjun tinggi, bagus, htm murmer, dan jalan menuju kesananya bentar. Walopun lebih demen bobo-bobo di kasur ato dilepas di mall yang penuh barang diskonan, haha.

Kelaperan, kita menuju alun-alun Kota Batu, kereeeen! Bagus bener, banyak lampion-lampion, rumah buah, sampe mini bianglala (kincir angin reksasa). Eh makan tahu telor jumbo delapan rebu, mayan dah ngasi makan naga di perut. Heumm, aturan Depok punya nih yang kaya beginian. Pa Walikota ayo dongg buat alun-alun..

Next, Bromo! Saking excited-nya gabisa tidur, deg-degan kaya mau eek di tempat umum yang penuh antrean. Dijemput L300 lewat hutan-hutan yang gelep bener. Nyampe Bukit Pananjakan jam 4 subuh, duingiiin aja, ga pake banget. Dengan kostum ala Bernard Bear, gw bergaya bak model pro berbusana musim dingin dengan latar Om Bromo yang begitu menawan.

Mampir ke Jatim Park 2, ada Batu Secret Zoo dan Museum Satwa yang super duper wow. Konsep kebun binatang yang bikin gw nganga part 2, itu keren abis. Kenapa di Jakarta ga ada yak?! Dengan 50 rebu kita puas muter-muter liat hewan-hewan lengkap dan bervariasi, setelahnya bisa maen aer di arena kolam renang dan sedikit games petualangan. FYI, kita bisa foto sama burung gretongan, kalo ama kuda bayar 10 rebu. Manteplah. Museum Satwanya juga megah dan super lengkap. *jadi kerjaan gw cuma nganga sepanjang trip kali ini.

Tim ahirnya kepecah jadi dua, ada yang pulang, ada yang lanjut ke BNS. Sungguh aneh tapi nyata, gw ikut tim yang ke BNS. Dari kemaren malem belom tidur, belom mandi, kaki bekonde, tapi entah kenapa gw harus ke tempat itu. Bareng Galih, Sopia, Nanto, Inggit, Cici, dan Septi kita cao ke BNS. Dan eng, ing, eng, parah kece badaiiii. Ada pasar malem beserta maenan-maenan canggih macem di Dufan, dancing fountain, laser and multimedia show, dan lampion garden! Dan gw nganga part 3!  Foto-foto dengan berbagai gaya, maem di food court dengan ditemani dancing fountain Rumah Kita dan Cinta Satu Malam, nyobain main wild mouse. Gw ngerasa lagi bukan di Indonesia. Such a spectacular nite, yes at Batu Night Spectacular. #tagline #bukaniklan

Pagi telah tibaaa. Hadehh rasanya badan mulai rontokk. Males bener mau ikutan jalan ke Sempu. Harus treking 5 jam pp, makjreg! Butuh perjalanan mobil 4 jam untuk sampe ke Sendang Biru, naik perahu 20 menit, dan treking 2,5 jam.

Nyampe di Sempu. Baguuuusssss! Sayang cuman setengah jam. Waktunya cuman abis buat ngaso sama makan siang, KFC paling enak yang pernah gw makan. Udah ga ada mood sama sekali buat difoto, apalagi moto. Yet, soooo many spiritual moments yang gw dapetin selama perjalanan.

Minggu, day finale at the journey. Wisata kuliner di Malang, ahe! Makan es krim di Oen, dan bakso bakar Pak Man, maknyess. Baru kali ini makan bakso 55 rebu, 5 bakso kuah malang dan 30 bakso bakar, ahaha. Kenyang. Di Stasiun Pasar Turi ga nyangka ada ruang tunggunya yang sangat manusiawi, ber AC dan nyaman. Main werewolf, permainan menegangkan dan menyenangkan! Ga lama, Sang Gumarang kembali membawa gw ke rutinitas, ke kehidupan nyata. Mentari Senin segera menanti pengabdian gw untuk negara.

Photos at fachmyfajri.tumblr.com

Jogjaaa, Jogjaaa!!

Jumat, 13 Mei 2011..
Bung Yunus dengan taksinya dateng ngejemput gw, Mumun, dan Koh Ritchie dengan bawaan minimalis menuju bandara. Kita berempat mau ke Jogja, dateng ke kawinan Anjar dan Betti. Kedatengan kita kali ini diem-diem, pingin ngasi surprise, bilangnya ga dateng soal, hehe.

Nyampe di bandara, langsung check in dan makan. Untung ga delay, terbang sejam dan jam 8 malem udah nyampe di Adisucipto. Kita nginep di rumah sodaranya Kokoh yang super gede dan ga berpenghuni. Jadilah malem pertama gw ga bisa tidur sama sekali. Ditambah Acan yang langsung dari Banjarmasin belom juga dateng.

Pas subuh, pas Acan dateng, pas gw laper, haha. Sarapan makan bubur Jakarta! *jauh-jauh ke Jogja, makannya khas Jakarta. Abis mandi ganteng, kita nyewa mobil dan jalan-jalan keliling kotaa, yihaa! Sayang Bung harus pergi sama sodaranya, jadilah tinggal berempat ke Candi Prambanan! Pertama kali ke Ratu Boko, foto-foto di reruntuhan Candi, katanya ini tempat Papahnya Roro Jonggrang. Makan disana, dan murah boi. Gemuk dikit gak masalah.

At Ratu Boko.
Setelah asik jepret sana-sini di Prambanan, kita balik ke Malioboro. Gyaa, kebanyakan yang dijual, gw bingung mao beli apa. Alhasil, cuman nemenin Acan sama Bung beli sendal Jogja sama bahan batik. Cape jalan dari ujung ke ujung, kita pulang, mandi, dan ganteng lagi kita, hha. Malemnya makan di restoran, yak gw lupa namanya, dengan sambel yang super duper pedes. Mumun makan lahap kaya kuli ga dikasi makan seminggu. Pulangnya, kita ke Happy Puppy, karokean sama Dimpil yang bawa pacarnya (hosip aja).

At Prambanan, my first! hehe..
Abis karokean, kita nighttrip keliling Jogja dengan temennya Bung yang jadi guide. Kita ngeliat Jogja di malam hari. Lewatin Keraton, muter-muter di alun-alun selatan, terus mesjid raya yang dipake shooting Sang Pencerah, sampe UGM. Sampe mata berat bangett, kita pulang dan tidur.

Minggu pagi, siap-siaplah kita ke Kawinan Anjar. Excited, ketemu Nomaa sama Jibo, dan foto bersama kedua mempelai. Jogja lagi panas-panasnya waktu itu, dan kalo uda gitu gw lemes aja bawaannya. Kelar kondangan, kita makan di daerah Keraton, laperrr bangett boi secara ga sempet makan apapun di kondangan tadi. Makan makanan ala raja-raja keraton, enak-enak, dan yang pualing penting itu murah! Gw makan krim sup kentang sama salad, minumnya sarsapilla. Mantep..

Dan, belanja batiiikkk. Kita ke rumah batik, masih di kawasan Keraton. Mantep nii butik, recommended banget. Gw beli lima biji batik buat ngantor, ihiyy. Sampe ahirnya kita nganter Acan ke bandara buat balik ke Banjarmasin, dan kita meneruskan perjalanan darat via jalur selatan dengan Harun sebangai petunjuk dan pengeksekusi jalan. Kita pulang nebeng Harun sampe Bandung. Pertama kali juga naek mobil dari Jawa ke Jakarta. Ga bisa tidur sama sekali, ngeri. Jalanan gelap, lewatin kota, ke kota yang lain.

Sampe Bandung, makan di deket Balai Kota, makan Nasi Bakar sama minum coklat panas, mantep. Setelahnya, karena Harun harus tinggal di Bandung, kita naik travel deh buat nyampe Jakarta. Lucunya, kita berempat masing-masing naik travel yang beda-beda tujuan. Gw ke Depok, Kokoh ke Slipi, Bung ke Pancoran, dan Mumun ke Ciledug. Dengan sukses gw tidur di samping pa supir selama perjalanan.

Here we are! Happy for you both, Opah n Betti..
Had a very amazing journey with besties. Kayanya masih kurang nih mengeksplore Jogjanya, someday kita jalan-jalan lagi dah. Oke, seeya at Palembang abis lebaran haji yak! :) #kode

Seneng, makanannya murmer banget!!

Lampung! *finally got there*

Horee, ahirnya ke Lampung juga, ngeliat kampung halamannya gajah. Kali ini bukan tugas kenegaraan, tapi karena Sita mau kawin, yaa, sobat in crime gw satu ini melangkahi gw untuk berumahtangga!

Pergi naik Sriwijaya Air untuk pertama kalinya, delay untung ga lama. Oia, gw pergi ke Lampung sama Mbe *Dave*, kita dulu pernah sekelas sama Sita juga waktu tingkat 1 di STAN. Perjalanan udara cuman setengah jam, belom kelar degdegan take off, uda harus landing. Sampe Lampung, sepi, dan gw melihat banyak Bung disana secara logat dan muka, haha. Well, thanks to him, gw dijemput, dianterin sampe hotel yang ud di-booked sama Cina *Defi*

Mbe, Tieke, dan Mas Rudi
Kebetulan lagi sakit flu dan radang tenggorokan akut pada saat itu. Jadi lebih milih gletakan di kamar hotel daripada harus jalan-jalan. Daaann, gw dijemput Tieke dan Mas Rudi for dinner. Tieke, Mbe, Sita, gw, dan Vera satu lagi, kita tim belajar bareng pas kuliah, dan pastinya IP gw menjulang pastinya gara-gara mereka. Kalo Mas Rudi, ketua kelas gw tingkat dua. Kangen banget, ampir 3 taon ga ketemu. Kita makan dipinggir bukit dengan view lampu kota yang keren. Pulangnya, gw yang lagi ga enak body diajak keliling kota sama mereka. Sepi bener, bersih, dan ingus beleleran.

Minggu pagi, gw bener-bener uda ga ada tenaga lagi. Ditinggal Mbe jalan-jalan muterin alun-alun pusat kota yang ada patung gajahnya, doi bahkan sempet gereja dulu, dan gw dengan sukses tertidur ganteng. Sampe ahirnya dijemput Tieke ke kawinan Sita. Waaa, bahagia rasanya melihat sahabat bersanding dengan pasangan pilihannya, rasanya ingin segera menyusul saja *ini jadi curhat*

Pulangnya, gw tidur lagi. Sampe waktu check out tiba dan dibawa ke sebuah pantai yang jauhh bener dari kota. Pantainya bersih, gradasi warna lautnya keliatan, pasirnya putih, dan samar terlihat bayangan Sang Krakatoa. Bagus, tapi sayang badan bener-bener ga bisa diajak kompromi. Pulangnya kalap makan bakso Sony, ini bakso paling popular dan ruame se-Lampung. Emang enak sih, cuman ramenya itu ga ada yang ngalahin.

Setelah numpang mandi di tempat Mas Rudi, gw dan Mbe dianter ke stasiun tempat pangkalan Bis Damri. Oia, gw pingin banget naik bis pulangnya, pingin ngerasain nyebrang Selat Sunda, hehe. Nyaman, naik Damri eksekutif, dengan berbekal KFC dan selimut. Ngerasain naik kapal besar, aga parah sih, sempet ga dapet tempat duduk, dan nyampe di Gambir dengan oleh-oleh keripik pisang yang aga nyusahin karena kebanyakan, haha.

Yeayy, satu cerita perjalanan lagi. Thanks Cina untuk arrange-nya yang mantep, Mas Rudi dan Tieke untuk guide dan penjemputannya, dan Mbe, thanks uda nemenin gw tanpa takut ketularan flu, haha. Keripik pisang cokelat Lampung emang juara, pullstop.

Langit Lampung, great!!

Rasanya Abis Reramean..

Rasanya abis reramean, kumpul sama orang-orang disayang dan jarang ketemu, ketawa cekakak cekikik, lalu harus tiba-tiba sendiri nyetir mobil pulang ditemani ipod bernyanyi lagu kenangan dan gelap malam itu bener-bener bikin hati galau yah, ga keruan rasanya.

Seperti ada separuh jiwa yang tertinggal, masih ingin bercengkrama. Bener-bener ga siap aja harus sendiri, harus kembali balik ke rutinitas, tanpa tau kapan kita bisa kumpul cekakakan lagi.

Satu hal yang gw pelajarin, waktu untuk kumpul sama sahabat-sahabat itu mahal. Priceless, ga bisa dibeli atau disubstitusi. Cuma bisa ngikutin takdir, kapan kesempatan bersama itu datang lagi. Cuma bisa harap-harap cemas kapan bisa cekakakan lagi, tanpa ada sedikitpun rasa yang hilang, seperti saat ini.

Terima kasih untuk yang udah ngehargain waktu bertemu. Ada goresan kenangan yang sulit luput dari benak. Ada jejak kaki yang tak akan terhapus oleh waktu dan usia.
*minggu malam, di sebuah sisi jalan di daerah Buncit, ketika tiba-tiba saja hati saya menjadi tidak karuan.

21 Maret 2011

Geregesan..

Senin pagi, badan ga enak banget. Rasanya pingin banget diem di rumah aja, ga ngelakuin aktivitas apapun, apalagi kerja. Sayang, ga bisa. Gw masih harus ngerjain ini itu yang masih jadi kewajiban. Berangkatlah gw ke Kalibata.

Nyampe Kalibata, badan semakin ga keruan. Konsinyering ini emang bener-bener dah. Ga ada ampun gw dibuat. Batuk, pilek, sekarang pusing sama mual, lengkap tinggal demamnya aja dah. Mata beraer terus setiap ngeliat laptop. Bujug dah pokonya mah.

Sayang berjuta sayang, hari ini lembur nyelesain konsep akhir. Untung abis Magrib tadi sempet dikerokin sama dipijit tangan lentiknya Mba Yanti, entah apa jadinya badan gw kalo ga ada Mba gw yang satu itu, hehe. Dan saat ini sudah jam 23.30 malam, baru setengahnya yang dikoreksi, Ya Allah..

Kayaknya gara-gara keujanan kemaren. Heran gw, keujanan dikit doang, dari depan Mall masuk ke dalem aja uda begini yak, ujannya juga kecil ga bikin lepek sama sekali. Minum es teh dikit aja radangnya ga keruan, ampun-ampun. Ga bisa diajak kompromi bener.

Ahh udahlah, malah meracau ga jelas gw. Orang yang sakitnya lebih parah aja masih lebih semangat dan kuat dari gw. Masih banyak yang nyemangati gw. Semangat saya, mudah2an sakit ini bisa ngegugurin dosa-dosa gw yang seabrek yak, amin.

***

Tiba2 aja semangat baca tweet ini:

Hasan_acan
Ya Alloh smoga tmn saya ini dikuatkan..RT @fachmy_fajri: Ya Allahh ga kuaaaat! T.T


duniadianita
@fachmy_fajri waduh...itu bukan gr2 gw. Tp gr2 hujan Mie:( hikz2... Cepet sembuh ya. Semg kerjaan cpt beres dan cpt plg yah...take care


dmiqdas
RT @indri_hapsari: @fachmy_fajri @duniadianita @utinilamsari cepat sembuh amy... :)


RATIHdian
@fachmy_fajri semangaaat pake semangkaa!! :)

Gyahahaaa, thanks guys!

Wara Wiri Dadakan!

Lagi-lagi ngaret. Gw dijemput Dian yang udah stand by dengan si merahnya. Kita plus Indri dan Galih mau jalan ceritanya. Dadakan jadi yang lain ga bisa ikut. Sekalian juga gw mao kondangan temen.

Macet dan ujan. Sabtu ceria banget, sampe akhirnya ga jadi dateng kondangan karena uda jam 2 tapi masi di Kalibata dan pastinya uda bubar semuanya kecuali satpam di gedung pesta. Maaf ya Arien jadi ga sempet liat lo di singgasana, semoga berkah pernikahannya, jadi keluarga yang bahagia dan dirahmati Allah. Amin.

First destination, Ambas. Karena tau macet dan pasti ga bakalan dapet parkiran, kita jalan dari Bellagio. Mikirnya deket, tapi mayan deh kaki bekonde. Ditambah Indri jatoh di lobangan pula, hadehh rasanya pingin ngilang. Gw aja yang jalan di belakangnya malu, gimana doi yang jatoh ya! Heuu, tapi puas ketawa ngakak, kalo jalanan ga becek, mau deh gw guling-guling, kekekekk.

Masuk Ambas langsung cari toko kacamata langganannya Indri. Dari yang tadinya cuman nemenin Galih beli, jadi gw sama Indri ikut-ikutan. Bodo ah, yang penting punya kacamaya unyu, eh ungu, ahaha. Karena harus nunggu kacamata sekitar dua jaman, akhirnya kita mutusin keluar Ambas, ke Pasar Festival, ngebowling.

Geraaaah, cape, kalah lagi. Tuh bowling Center rame bener, ditambah belom makan dari pagi, bikin ga fokus, kalah deh. *nyari alesan*. Laper, kita makan di Mbah Jingkrak, Setiabudi. Pingin banget masakan Jawa soalnya. Makan kaya kuli ga dikasi makan seminggu, nambah dua porsi dengan lauk yang melimpah, nikmat, Alhamdulillahh.

Kenyang makan dan foto, kita cuss lagi ke Ambas, ngambil kacamata. Yihaa, adegan muter-muter tawaf keliling Ambas dan lelarian nguber waktu pun tak terelakan. Galih dan Indri jadi tim yang lari-lari ke tukang kacamata, gw sama Dian jadi tim yang ketawa-ketiwi sambil nyari jalan keluar parkiran. Adil bukan? Ahaha. Jadi ga sempet beli cireng mecin, roti sus, sama dry box buat kamera deh, heu.

Next, dadakan kita ke Bogor, nganter Indri yang harus ke acara kampusnya. Jadilah kita cerita ini-itu di sepanjang Tol Jagorawi. Cekikikan ga keruan, membunuh letih. Muter-muter IPB, ada setitik embun di pangkal mata, seperti membuka kisah lama, kisah ketika Tuhan menantang saya untuk sebuah mimpi yang lebih baik daripada sekedar berlabuh di sana. Ah, udahlah gw kan lagi seneng-seneng, hehe. Nunggu Indri cium tangan sama dosennya sambil dangdutan, kita foto-foto, sabodo teuing diliatin mahasiswa sana.

Dan, dan, dan, kita makan surabi duren, yeeeee! seneng hati, seneng perut. Sayang si Teteh ga ikutan deh. Gw makan sosis telur keju spc, Galih oncom keju spc, Indri duren keju, dan Dian pisang cokelat. Nikmatnyo..

Udah jam11 aja, pulang sambil sharing ini-itu. Kali ini dengan bobot yang lebih berat. Tentang psikologi, filsafah hidup, dan pernikahan. Entah, they always make my day. Thanks ya, walau rencana mau pulang sore, jadi pulang jam 1 malem, tapi saya senang, perut kenyang, sampe pingin kayang.

Lagi yaa..

Paris Pan Japa.. *Subang*

Diawali dengan perbincangan di Warung Tenda Pecel Ayam bersama Dian di bilangan Pintu Air, saya butuh liburan dan ingin sekali ke Bandung. FYI, di tempat ini ayamnya enak, jadi tempat favorit waktu kita berdua masih bareng di Aktuaria. *nostalgia ceritanya*

Sabtu, 19 Februari 2011

Hari ini saya lelahnya buka main. Baru pulang ngelembur jam 5 pagi dan nyampe rumah jam 6, sudah harus jalan lagi ke Bandung, dengan nama liburan, jam7. Beberes seadanya tanpa sarapan, langsung cao.

Kali ini tidak ada ngaret, tumben. Saya, Dian, Mamang, Teteh, dan Indri, serta Galih di sudah duluan nyampe Bandung. Senangnya.

Akhirnya, pernah ke Bosscha, liat teropong gede bener, pernah ke Tangkuban Perahu, pernah muter-muter Bandung ga keruan, pernah berendem aer panas di Ciater, pernah foto di Gedung Sate, pernah makan keju gratis indomie, pernah mengira Subang adalah Paris Van Java, pernah digebrak........... (Degdegan ahh nulisnya, heu..)

Ahaha, dodol emang. Mau jalan-jalan ke Bandung tapi nyari penginapannya di Subang cuma gara-gara pingin berendem tengah malem. Yap, Subang itu emang Paris Van Java deh, kekekekkk.

Saya bahagia, tanpa embel-embel apapun. Thanks to all of you, dapet salam tuh dari Pak Polisi, ups! Oke, kapan-kapan lagi yaa! Kita main-mainan berpacu dalam melodi lagi, tapi taboknya beneran, ahaha.  

Nii fotonya! Asoy.

*bergaya sebelum pulang di depan vila dadakan kita*

*my first time here, asoyyyyy*

*at gedung sate, jam12 malem! -_-"

*abis berendem aer belerang panas, segeerrr!*

*jadi saksi Legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi, haha*

*abis nyabu, enak bener buburnya*

Saat Bahagia

Sabtu, 12 Februari 2011.
Bangun kesiangan, yang artinya kesiangan juga jemput Acan. Doi dateng jauh-jauh dari Borneo sana katanya ingin menemui saya, Anjar, dan sekalian dateng ke nikahan Mario. Sudah dua tahun lebih persahabatan kami dipisahkan oleh Laut Jawa dan saya harus menjemputnya hari ini di bandara karena Anjar masih tugas.

Perjuangan ke bandara yang luar biasa, empat jam menginjak rem-gas-kopling dan akhirnya bertemu dengannya. Masih seperti yang dulu, bawel, dan bikin emosi. Masih seperti yang dulu, rambut ala sm*sh dan badan cungkring.

Perjalan diawali dengan perut lapar, nyasar, dan nunggu Anjar yang masih cek fisik di salah satu instansi pemerintah. Pusing saya dibuatnya mendengar kata-kata laparnya. Sampai ahirnya Anjar selesai dan kami bertiga makan malam di Mbah Jingkrak di bilangan Setia Budi. Ga sempet foto-foto, langsung cao ke Plaza Indonesia. Muter-muter ga keruan cuma beli barang seserahan nantinya, dan masuklah ke dalam bioskop di eX. Nonton The Mechanic, seat kedua dari depan, ngedongak dua jam, pusing.

Oia, ada kejadian super tolol pas mau pulang. Sejam lebih kita nyari mobil yang lupa di parkir dimana. Oh God, rasanya kaki bekonde. Mana tuh parkiran luas, plus panas. Kita trace back-lah itu memori-memori yang tersisa, dan ketemu. Emang ga salahlah jadi auditor, luar biasa, ahaha. Perjalanan pulang diisi sama diskusi tentang kerjaan, tentang kantor, tentang negara. Saudara seperjuangan memang paling memahami.

Keesokan harinya..
(Lagi-lagi) kesiangan bangun, dateng telat. Kali ini saya hanya sama Acan. Ngurus kepulangannya ke Lion tower di Gajah Mada dan melincur ke Taman Anggrek. Makan siang, nyari sepatu futsal si Acan, dan ngambil cincin kawinnya Anjar. Makan kekenyangan, sepatu nihil, dan ga jadi ngambil cincin, bikin ngantuk! *ga nyambung

Tambah Dimas, additional player. Kita ke Sarinah buat nyari sepatu (lagi-lagi nihil) dan sekalian jemput Anjar. Tim komplit, kita ke Jakarta Bowling Center. Best part of the day, I did some strikes. Bukan levelan sayalah mereka itu, ahaha. Kapan-kapan kita battle lagi oke?!

Cukup dua games, kita balik ke rumah Anjar, mandi, prepare ke kawinan Mario di TMII. Setelah ngomong ngalor ngidul plus nyobain batik jualannya Anjar, kita cao. Di kawinan ketemu banyak temen kampus, Pamela, Wulan, Edo, Ade, Martin, dan sisanya saya lupa. Kawinan selesai, perjalanan dua hari kita juga usai. Sempet foto-foto dulu sebelum pisah. Ahh, entah kapan lagi bisa bersama. Acan harus kembali ke Banjarmasin, saya harus kembali ke rutinitas yang membuat sulit bertemu Dimas dan Anjar yang notabenenya satu kantor.

Best quote:
Apapun itu, yang penting mahal. ~dimas

12 Februari 2011

Untukmu..

Takdirlah yang mempertemukan kami, dipersatukan oleh artis favorit wanita yang sama, sisanya semua berbeda. Unik memang, perbedaan yang membuat kami berdampingan, caci maki yang menumbuhkan persaudaraan.

Begitu sebalnya saya ketika orang memiripkan pemikiran dan kesukaan kami, dan pasti dia juga tidak kalah sebalnya, saya yakin itu. Selalu mencari alternatif pemikiran dan kesukaan lain agar tidak terlihat sama walau agak dipaksakan. Tak heran, adu persepsi dan argumen sering menghiasi perjalanan kami, walau pasti diakhiri dengan senyum di hati. Menyenangkan.

Dia bukan orang yang cukup pintar dalam mem-balance-kan debit kredit pada persamaan akuntansi, bukan juga orang yang pandai merangkai kata dalam karya ilmiahnya. Tapi satu hal yang pasti, dia begitu cerdasnya membuat saya terpingkal dengan kelakuannya, meredakan gengsi dan emosi saya, memainkan perannya dengan apik dalam salah satu episode perjalanan saya, memotivasi saya memenangkan kehidupan.

Seperti kata Gibran, "kawanku, kamu dan aku akan tetap asing terhadap kehidupan, terhadap satu sama lain, dan terhadap diri masing-masing, sampai hari ketika kamu berbicara dan aku mendengar, menganggap suaramu suaraku, dan ketika aku berdiri di hadapanmu, mengira diriku berdiri di depan cermin.

Dengan modal memahami dan menemani saya sudah cukup membuat dirinya ada di dalam doa panjang saya. Ya, saya berdoa semoga Allah selalu mempersatukan dan menjaga tali silaturahmi dan persaudaraan kita hingga akhir hayat, memberikan kesempatan untuk kita memimpin negeri ini, dan tetap menjadikan kita lentera yang bersinar abadi di kala lampu lainnya redup.

Benar Aristoteles berucap bahwa sahabat laksana satu jiwa yang terdapat dalam dua tubuh. Dulu hadirnya adalah sebuah biasa untuk saya, namun ketiadaannya saat ini menjadi sesuatu yang hilang, separuh jiwa saya.

Semoga, irama indah persahabatan kita tak pernah berganti nada. Langit biru tidak ditutup oleh awan kelabu. Terima kasih, terima kasih telah berperan banyak dalam mewarnai pencarian jati diri saya.

Untukmu, ya saya tau kamu membaca ini. Saya rindu.

Saya, Ayah, dan SPMB

Dalam sebuah sabtu malam yang biru, dimana tak ada niat sedikit pun untuk bergerak dari tempat tidur karena keletihan yang maha dashyat. Hanya saya, Buku Ranah 3 Warna, cokelat panas, obat sakit kepala, dan BBM dari sahabat nun jauh di Borneo sana yang berambisi menjadi Alif dalam buku ini, Acan.

Awal buku ini bercerita tentang Alif, ayahnya, dan UMPTN (pada zaman saya berubah jadi SPMB). Ada sedikit sesak, seperti luka lama yang terkuak. Saya dibuatnya kembali menoleh kebeberapa tahun silam dan tercekat.

Juli 2005, disaat yang lain berpesta pora merayakan kelulusannya di universitas yang diinginkan, saya tertegun bisu, entah akan dibawa kemana masa depan saya setelah saya tidak diterima di universitas yang saya pilih. Ya, saya tidak lulus SPMB dan itu memukul telak saya hingga terjatuh dan tak mengerti cara membangkitkan diri.

Saya sedih, tapi saya rasa ayah saya lebih dari itu. Entah apa di benaknya. Anak pertamanya gagal lolos SPMB, setelah sebelumnya PMDK pun gagal. Ironis memang, diantara prestasi akademik saya yang lumayan di matanya. Ia menangis, dan itu membuat saya menangis lebih sesak. Bukan hanya kegelutan tentang masa depan yang masih samar, lebih dari itu saya membuat ayah saya menangis, memupuskan harapan tingginya mungkin. Bagaimana mungkin sesosok ayah yang super dan kuat di mata saya, menjatuhkan air matanya demi anaknya.

Alhamdulillah, Allah menunjukkan kekuasaanya untuk saya. Saya diterima di sebuah akademi pendidikan keuangan negara, STAN. Semua orang kembali mengangkat saya, termasuk ayah. Pujian demi pujian kembali mengisi hari yang sebelumnya hanya diisi dengan keprihatinan. Tapi itu tidak membuat saya bangkit dan ayah menyadarinya.

Akhirnya, saya menjalankan aktivitas perkuliahan saya di STAN, dengan keterpaksaan tentunya. Bodoh memang, tapi mohon dimengerti, STAN memang segalanya untuk sebagian lulusan SMA se-Indonesia, tapi tidak dengan saya. Dan diantara keterpaksaan tersebut, ayah-lah yang mengajarkan saya arti sebuah keikhlasan.

Memang ketika ikhlas itu datang, segala berubah lebih baik. Segalanya menjadi lebih indah. Saya ikhlas, sungguh. Dan STAN menjadi salah satu episode terbaik saya dalam 23 tahun ini. Prestasi, impian, dan persahabatan, serta eksistensi diri mengalir membuat saya ingin terus bersinar dan berbuat lebih. Dan kini sekolah itulah yang membawa saya ke instansi ini, instansi tempat pengabdian terhadap bangsa diwujudkan.

Saya akan berjuang demi orang-orang yang menyayangi saya tulus, saya harus bisa menaklukan dunia dengan tangan saya. Karena saya yakin, Tuhan tidak akan meninggalkan saya, setelah Ia bawa jauh saya di jalan ini, setelah Ia jatuhkan pilihan STAN dan PNS-nya untuk saya, setelah Ia libatkan saya pada urusan-urusan negara ini.

Ya, saya semakin yakin bahwa ada hikmah berharga disetiap kejadian yang telah diatur-Nya, Yang Maha Mengetahui mana yang baik dan buruk untuk saya. Jalan-Nya begitu indah, tanpa kita bisa menebak, tanpa bisa kita menolak. Terima kasih Allah, the best director of life, atas jalan-Mu ini. Bimbinglah saya selalu, berilah saya petunjuk dan cahaya-Mu dalam menelusuri jalan ini. Ridhoilah perjuangan saya dan jadikan jalan ini menjadi amal ibadah dan ladang jihad saya menuju surga-Mu.

Kontempelasi Malam Ini

Ciputra, pukul 02.00 dini hari. Saat kantuk dan malas menyerbu tanpa ampun, menggeregoti sisa semangat menyelesaikan pekerjaan.

Hanya terdengar suara nafasku yang terengah-engah mencoba membakar diri, sesekali suara tuts laptop menyeruak bilangan-bilangan pada matrik, pekerjaanku. Penat, ingin rasanya lari dari rutinitas, merumput pada fatamorgana malam Jakarta, atau sekedar pulang ke tempat aku dimiliki.

Ah, apa ini, tak seharusnya pikiran itu terbesit sedikitpun. Kewajiban-kewajibanku pada negara pada penugasan kali ini belum terselesaikan, pikiran dan tenagaku masih harus ku pakai demi secercah nafkah dan sebuah loyalitas bernama pengabdian tulus.

Aku malu. Disaat cita-citaku mengabdi kepada negara masih bernilai nol besar, disaat impianku memekikan lagu Indonesia Raya dan mengibarkan Merah Putih bahkan di tanah asing sekalipun belum tercapai, disaat mimpiku menyetarakan derajat bangsa masih menjadi angan, aku mulai menyerah dengan keadaan, aku mulai berlutut kepada kestagnansian.

Apa yang telah ku berikan kepada bangsa ini setelah 23 tahun mengaku bertanah air disini? Di saat pemuda seusiaku berjibaku membela bangsa melalui pertandingan olahraga, atau adik-adik juniorku memeras otak pada olimpiade science internasional, atau pemudi dengan misi pertukaran budaya. Aku bahkan mengeluh, mengutuk ketidakberdayaanku mengusir malas dan kantuk.

Arghh, sudahlah. Semoga kontemplasi ini berguna untukku menjalani dedikasi ini, mewujudkan asaku menjadi kebanggaan bangsa ini, meng-Indonesia-kan Indonesia.

"Bagimu Negeri, jiwa raga kami.."

Apa Rasanya Pensiun Nanti??

Jumat, 28 Januari 2011

Hari ini, spesial bagi Pak Carmadi, seorang kawan di ruangan yang akan mengakhiri masa tugasnya karena pensiun. Beliau yang selalu datang dan pulang tepat waktu, selalu mengajak saya sholat berjamaah saat adzan tiba, selalu membawa tape untuk kita seruangan. Beliau yang menginspirasi saya untuk hidup sehat (walau belum berhasil, hhe). Ada sekelumit cerita ketika saya bertugas bersamanya. Beliau selalu ribut kalo saya pasang AC dengan suhu terlalu rendah sampai akhirnya saya tipu dengan mengatakan kalo ACnya bocor, dan berhasillah saya, hehe (untuk yang satu ini saya sudah minta maaf, beliau hanya tertawa, paham). Yang jelas, saya tidak ada teman kontrol di poli jantung sekarang ini.

Sebenernya yang ingin saya share adalah pikiran saya berlari jauh ke suatu masa dimana saya yang harus pensiun. Apa ya rasanya berada pada posisi beliau saat ini?! Yang tiba-tiba menghilang dari rutinitas berpuluh-puluh tahun, yang hanya tercukupi oleh uang pensiun, yang tidak bisa berbuat lebih di institusi ini, post power syndrome pastinya.

Dari kejauhan saya memperhatikan aktivitasnya di hari terakhir ini, merapikan meja, membawa berkas yang dianggap perlu. Ahh, setitik embun tergenang dipangkal mata saya, terharu. Entah apa yang dirasa saat harus angkat kaki dari kursi yang setiap hari diduduki. Flash back saat mulai masuk kerja jadi cpns, haru biru persahabatan, jatuh bangun saat penugasan, semua mungkin termainkan dengan jelas.

Saat itu mungkin kita akan menyadari betapa kecilnya diri ini, betapa tak berdayanya kekuatan ini. Ya, saat itu mungkin akan timbul pemikiran jika tenaga, pikiran, dan sumbangsih kita sudah tidak diperlukan lagi, sudah ada tenaga-tenaga muda dengan pemikirian dasyat yang menjadi substitusi kita. Saat itu kita menyadari bahwa kita telah direnggut oleh hidup, tua.

Berjuta rasa untukmu Pak. Salam hormat saya selalu. Terima kasih atas bimbingannya selama ini. Mohon doanya agar saya bisa "lulus" sekolah ini.

Ya, entah apa rasanya jadi seorang pensiunan. Semoga Allah mencukupkan usia saya hingga saat itu. Semoga sebelum pensiun nanti, semua kewajiban saya memberikan sumbangsih kepada bangsa ini terbayarkan dengan lunas. Dan semoga saya menjadi orang yang berbahagia karena amanah yang tertunaikan dengan sempurna. Amin..

22 Januari 2011

My December..

Alhamdulillah, Desember yang ribet telah terlewati dengan begitu indah. Bulan yang penuh dengan amanah, tanggung jawab, dan juga kenangan yang luar biasa untuk saya. Di bulan ini, saya harus mengejar deadline to do list yang harus diselesaikan di 2010, belajar sosialisasi juknis, wisuda sarjana, pengumpulan data, Anyer, hingga hingar-bingar Piala AFF.

Bulan ini diawali dengan berlibur ke Dufan secara gratis. Yap, Dian, Inggit, dan Sopia berbaikhati membayarkan saya dan rekan-rekan yang lain untuk bermain di Dunia Fantasi seharian secara cuma-cuma, luar biasa. Terima kasih telah mengabulkan ingin saya. Semoga kalian kelak menjadi generasi penerus bangsa yang berkontribusi dan bermartabat. Seminggu kemudian, saya diresmikan sebagai sarjana akuntansi, walau saya berhalangan hadir dalam prosesi tersebut. Meskipun demikian, kebahaian tersebut tidak berkurang, sama sekali.

Next, saya harus ke Mataram. Waw, Lombok! Bawaannya jalan-jalan deh kalo udah begini. Puji syukur diberikan kesempatan berkunjung ke tempat-tempat wisata disana, Gili Trawangan. Tempat yang luar biasa indah walau belum dikelola dengan baik menurut saya. Thanks Popon yang telah membuat keinginan saya terwujud. Salam untuk teman-teman disana. Sosialisasi dadakan juga merupakan hal yang sangat luar biasa untuk saya. Pulang dari Mataram langsung nonton semifinal Piala AFF di GBK, it’s a WOW. Indonesia luar biasa.

Malam Natal berkumpul lagi sama Ayu, Intan, dan Indri. Sayang Riza sama Ulung ga bisa join. Lama banget ga ketemu Ayu, kita makan-makan Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk baru di Depok, wew. Dan di minggu terakhir, saya ditugaskan ke Padang. Kali ini bersama Pa Luthfi dan Agus. Ga kebayang tiap hari makan enak dan ngeliat bangunan-bangunan disana yang masih banyak yang hancur akibat gempa setahun silam. Sempet jalan-jalan ngelilingin Bukittinggi dan Teluk Bayur. Wow, Indonesia saya memang ga ada yang ngalahin untuk urusan pariwisatanya. Semoga semakin baik pengelolaannya biar bisa jadi income tambahan baik untuk APBD maupun masyarakat setempat.

Pulang dari Padang, di penghujung bulan ini, saya bersama sahabat-sahabat ini pergi ke Anyer. Yah lumayan banget refreshing sebelum memulai kembali aktivitas yang padat di awal tahun 2011 ini. Terima kasih Galih dan keluarga, semoga terus dilimpahkan anugerah dan nikmat yang berlipat. Terima kasih juga untuk Keli, Nanto, Darius, Iwe, dan Indri, sehat dan sukses selalu untuk kalian.

Yahh, Desember memang telah menjadi kenangan, dan tahun baru pun menjelang. Semoga apa yang dilakukan selama tahun 2010 ini bermanfaat untuk sesama dan berkah di mata Allah. Selamat Tahun Baru 2011, semoga di tahun ini banyak hal indah menyertai kita semua, tentunya dengan belaian rahmat Sang Illahi. Mohon maaf jika ada salah kata dan perbuatan selama ini, mari kita buka lembaran baru dalam hidup. Ya, dalam sebuah episode kehidupan yang lebih menantang.

Cheers.

New Year's Trip: Anyer!!

Ahaiii, akhirnya saya menginjakan kaki lagi di Anyer..

Sabtu-Minggu, setelah melewati pekan yang sangat melelahkan di Padang dan malam pergantian tahun yang luar biasa megah, saya berkesempatan bermalam di Anyer secara gratis. Ya, gratis alias ditraktir. Seperti biasa berangkat ngaret dan personel dalam jumlah yang lebih sedikit dari yang direncanakan sebelumnya.

Bermodalkan snack dan baju, kita let’s go ke Anyer. Sudah ditunggu sang empunya hajat beserta keluarga di Anyer sana. Cukup jauh, saya terlelap. Sesampainya disana, ternyata belum boleh check in. Terpaksalah kita ngemper, piknik di pingir pantai, di bawah pohon yang teduh, persis seperti episode wisata se-RT waktu saya masih SD, ahaha. Setelah makan siang dan solat, kita ngobrol ngalor-ngidul ga keruan membunuh waktu hingga tiba waktu check in jam 3 sore. Obrolan yang rata-rata berisi tentang romantika SMA, gunung berapi dan laut ala Iwe, drama-drama korea ala Indri, travelling ala Darius, sampe tentang Sopia. Yap, yang terakhir memang topik yang tak pernah habis menuai gelak tawa. Dan yang ga kalah penting, rencana jalan-jalan berikutnya. Mulai dari Bromo, Pulau Komodo, Raja Ampat, Lombok, Korea, Aussie, Spore, hingga Macau. Luar biasa..

Sore hari, kami bermain voli pantai. And this is the best part of the day. Lama banget ga main voli. Terakhir main voli girang waktu diklat sama BPK STAN 2008. *haa, mengingat ini membuat saya melow total, kangen. Semoga kita tetap menjadi kupu-kupu yang terus terbang dan menebar kebahagian bagi sesama. Semoga kita tetap menjadi paku-paku tajam yang siap menggemboskan roda-roda tikus politik yang menggerogoti uang rakyat! Leading by example.

Malamnya, sesuai rencana kita bakar ayam dan sosis. Saya hanya nonton dan makan, ahaha. Seru, kenyang. Bangga punya temen bekas urang Bandung tea, jago ngipasnya, kekekekk. Adegan ngasi pulpen untuk Galih juga terlaksana. Emaknya Galih pun ga bosen-bosen masakin kentang goreng. Jadilah mulut saya selalu penuh. 

Minggu pagi, hari kedua di 2011, saya memulainya dengan Banana Boat. Se-tim sama Indri, Iwe, dan Nanto. Bener-bener, Iwe bintangnya banget deh, ahaha. Besok-besok gw lelepin lo di empang deket rumah biar ga takut aer. Adegan main voli pantai juga seru. Saya-Iwe lawan Galih-Keli dengan taruhan yang menang nabok yang kalah. Semangat 45 banget gueeee sampe jatoh-jatoh ga keruan hanya demi nabok, ahaha. Apes, pes, pes. Uda kaki bonyok, kalah pula. Untuk saya tidak ditabok.

Thanks to Abang atas kesediaannya membayari kita ke Anyer. Semoga Allah selalu menjaga hati dan keimananmu, seperti Ia menjaga kokoh gunung-gunung di muka bumi. Semoga Allah selalu menganugerahkanmu cahaya dalam hidup, seperti Ia menciptakan kasih yang terpancar dari Ibumu, terang, abadi. Semoga Allah membentengimu dari fatamorgana dunia, membuat seluruh episode kehidupanmu bermanfaat, dan mempertemukanmu dengan jodoh yang menurut-Nya baik untukmu. Thanks juga untuk keluarganya yang berkenan berbagi bersama kami. Saya ketagihan bakso, kentang, dan ayam goreng ala Mama Galih.

Special thanks untuk Indri, Keli, Iwe, Darius, dan Nanto yang masih menyempatkan diri menemani saya untuk pergi berlibur bersama. Semoga Allah menyertai kalian selalu, memudahkan urusan kalian. Satu hal yang saya pelajari bahwa butuh perjuangan dan pengorbanan untuk memilih melakukan sesuatu yang sudah direncanakan. Semua itu bisa dilakukan dengan perjuangan maksimal, dengan ridho Allah tentunya. Dan, terima kasih untuk seseorang yang telah mengingatkan saya, bahwa manusia yang dipegang adalah omongan dan janjinya.

Dan, ini sekelumit oleh-olehnya.. Enjoy it!

Voli Pantai, so FUN,, *ngadu lawan mas2 vila sebelah

Bakar Ayam, sedap, sedap, sedap!
 
Sarapan Banana Boat, Rock!!
 
Sunbathing, biar  tanning dikit, ahaha!

Padang Berdendang

Setelah Mataram, di Selatan Indonesia, kini saya berkesempatan ke Sumatera Barat. Ya, Padang. Kota yang baru saja diterpa gempa bumi yang menelan banyak korban jiwa dan bangunan yang runtuh di pertengahan 2009 dan gelombang tsunami di salah satu pulaunya beberapa minggu yang lalu.

Kebetulan saya pergi bersama Pa Luthfi dan Agus, jadilah kami tiga serangkai yang saling menyerang satu sama lain, ahaha. Pergi Minggu Malam dengan landed dengan cukup mengkhawatirkan di Minangkabau Int’l Airport karena cuaca buruk, hujan deras dan angin yang kencang. Untung saja sudah dijemput dan siap diantar ke hotel dengan tentu saja mampir di rumah makan Padang dulu. FYI, ternyata Restoran Padang juga berjamuran disana, banyak sekali. Padahal kan kalo dipikir-pikir apa ga bosen gitu ya mereka makan masakan bertema santen terus, heu.

Pagi pertama di Kota Padang, dikejutkan dengan banyaknya gedung yang masih dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Setahun lebih sejak terjadinya gempa ternyata Padang belum pulih. Masih banyak bangunan yang berbentuk puing-puing. Masih banyak juga yang dibiarkan berdiri walau dengan kondisi yang setengah hancur. Setelah entry dan sedikit pengarahan, kami bergegas untuk mencari hotel baru dan dapetlah di daerah yang setahun lalu hancur lebur akibat gempa. Ngeri juga, cuman apa daya, suara saya kalah dengan dua rekan saya.

Kami sempat diantar ke Bukittinggi, sekitar dua jam dari Padang. Pertama, ke Lembah Anai, air terjun yang ada di samping jalan raya, enaknya. Setelah itu, Lubang Jepang, Panorama, dan Ngarai Sianok. Sekali lagi, tujuan pariwisata yang amat sangat bagus namun belum “dimanfaatkan”. Lubang Jepang itu katanya goa buatan tentara Jepang yang termegah di Indonesia. Besar memang, dibuat kagum saya dengan arsitekturnya yang luar biasa. Jam Gadang, Taman bung Hatta, dan Pasar Atas adalah destinasi kami selanjutnya. Jepret sana-sini bak foto model dengan perut gendut kekenyangan makan Nasi Kapau khas Padang. Jam Gadang ini jantungnya Kota Bukittinggi, jadi rame banget. Di Pasar Atas, sempat membeli beberapa cinderamata, sarung, baju koko, dan lainnya. Pulangnya, kami melewati Gunung Merapi Padang dan mampir sejenak ke Danau Singkarak. What a beautiful scenery!

Kami juga sempet berkunjung ke Jembatan Siti Nurbaya. Ya jembatan yang menuju sebuah bukit dimana sang legenda Siti Nurbaya dimakamkan. Makan kepala kakap di dekat Pelabuhan Bungus, setengah jam dari Teluk Bayur yang melegenda itu. Next, Pantai Air Manis, tempat dimana Malin Kundang dikutuk sang Ibunda, merinding saya liatnya, heu. Parah bener dah miripnya. Di Padang juga kami menghadiri nonton bareng final Piala AFF. Sumpah yaa, semangat orang disana ga kalah sama yang dateng ke GBK. Bikin bulu kuduk berdiri, bikin semangat bergelora.

Yah begitulah enam hari di Padang. Bagian ga enaknya (kerja dan begadang-red) ga usah pake diceritain, bikin pusing, ahaha. Sayang, ga sempet ketemu Defi yang lagi hamil muda, heu. Terima kasih Padang atas jamuannya yang begitu berkesan. Jakarta, I am home..

Thanks Allah telah mengizinkan saya bertandang ke sisi lain Indonesia.


At Gadang's Tower

Catatan Lombok

Ahh, akhirnya gw menginjakan kaki di Pulau Lombok dan gratisss. Alhamdulillah,, Pergi sama Pa Adang, Bu Dewi, dan Mba Nana untuk sosialisasi, pengumpulan data, sama tindak lanjut, yahh lumayan empot-empotan sih tapi dibawa asik ajalah daripada setres sendirian, hha,, *Dan apesnya hotel di tepian Pantai Senggigi penuh semua, hadehh..

Seperti biasa, hari-hari, 8 to 5 berkutat dengan kerjaan dan tidak ada yang spesial selain ditunjuk sebagai pembicara dadakan, hadehh rasanya pingin kabur ke Jakarta deh. Lagi enak-enakan makan malem hari Rabu, tiba-tiba aja Bu Dewi menugaskan gw nemenin Mba Nana buat sosialisasi Kamis Pagi, jederrr! Pala gw yang ga pusing tiba-tiba aja mumet mendadak. Tapi yaa dijalanin aja dan Alhamdulillah ga belepotan-belepotan amatlah, hha. Kamis pagi beneran kejadian gw sosialisasi berdua Mba Nana. Jekpotlah pokoknya mah, ahaha. Puji syukur semuanya lancar, paling ngga di mata gw. Pencapaian besar dimana gw mampu mengalahkan ketakutan dan ketidakpercayadirian. Yah maklum, cuman golongan babu dan belom genap dua tahun bekerja. Harus menghadapi temen seangkatan, pegawai senior, dan pejabat struktural yang notabenenya siap menikam gw dengan ilmu-ilmu mereka yang lebih banyak. Ahaha, kadang-kadang gw aja ga percaya, heuu.. Again, Praise of You, Allah. Terima kasih atas ilmu yang diamanahkan ini. Semoga bermanfaat bagi pribadi ini, bagi instansi, dan bagi kemajuan bangsa, amin..

Aga jenuh juga cuman hotel-kantor-hotel-restoran-hotel, sampe ahirnya Kamis sore nyempetin jalan buat beli souvenir di Sekarbella dan Cakranegara. Secara di Lombok ini yang terkenal Mutiara yaa mau ga mau emak gw nitip begituan, ahaha mayan bikin miskin ini, tapi buat emak, apa juga gw lakuin! (ce’elah, haha,,). Makan Ayam Taliwang sama Plecing Kangkung yang khas dan tentunya makanan-makanan lain yang sedap, ahaha. Tak lupa gw menjajal Mataram Mall, yahh mayan deh ngobatin kangen mol, kekekkkkk..

Jumat sore, ketiga rekan setim gw itu ahirnya pulang ke Jakarta dan gw masih di Mataram buat jalan-jalan ke Gili. Sabtu pagi-pagi banget uda harus bawa mobil sewaan ke arah pelabuhan bareng Popon, Mita, Mba Ratna, dan Irwan. Orang-orang yang baru gw kenal seminggu ini, yaa kecuali Popon dan Mba Ratna yang berbulan-bulan bersama di Pusdiklat. Perjalanan darat yang cukup melelahkan. Yang bikin beda, ini jalanan walaupun rusak, kalo liat kanan kita bisa liat laut, Pantai Senggigi, dan kalo liat kiri kita bisa liat gunung. Indahnya, walo harus ekstra hati-hati, haha..*gaya selangit.

Sampe pelabuhan dengan kondisi rintik gerimis kita antre untuk naik perahu dengan bayar Rp10.000,-/kepala. Rada dagdigdug juga ujan-ujan nyebrang laut ke Gili. Well, kali ini gw dan kawan-kawan ini memutuskan untuk pergi ke Gili Trawangan, Gili terbesar dan teramai diantara ketiga Gili yang melegenda itu. Nyampe sana langsung nyewa alat-alat snorkeling setelah sebelumnya jepret sana-jepret sini dengan si DSLR baru, ahaha *pamer, walo masi gemeteran megangnya, hha..

Pantai di Gili ini bersih, banyak bulenya yang pasti, dan sepi. Kondisi bawah lautnya juga bagus. Terumbu karangnya banyak yang lagi diperbaiki tapi ikannya banyak banget. Wahh, first experience banget deh snorkeling begitu gw, hhi. Suka, suka, suka, walau harus masih ditemenin sama guide tentunya, heu. Nii snorkeling juga murah ko, cukup Rp60.000/orang aja kita uda bisa nyebur ke laut dengan gogle, kaki katak, sama pelampung. Guidenya Rp100.000. yah, itung2 amal itu mah. Dan setelah beberes ini itu, kita balik lagi ke Mataram dengan perjalanan yang basah dalam arti harfiah, ujan soalnya. Sampe pelabuhan kita kembali ke Mataram dengan perjalanan darat yang beda. Kali ini kita lewat gunung, lebih susah jalannya tapi lebih deket. Seru juga, liat monyet-monyet liar di pinggiran jalan. Dan setelah sampai di Mataram, gw disediain bakso. Oh God, this is the best part of my journey at Mataram, bakso! Argghh, mantep bener.

Dan sudah pukul 5.00, Sang Garuda siap membawa gw ke pangkuan Ibu, tempat terbaik yang selalu dirindukan. Hampir dua jam gw di dalam pesawat dan tibalah di Bandara Soekarno Hatta dengan Ayah-Ibu melambaikan tangan mereka. Ohh, what a perfect life, thanks my big Lord.

Terima kasih Mataram telah berbaik hati menjamu gw enam hari ini. Terima kasih Popon yang sudah memperlakukan gw sebagai tamunya, ahaha. Ingin rasanya memboyong lo kembali ke Jakarta dan kembali bersama di MIA IA. Terima kasih, terima kasih, terima kasih.

At Gili Trawangan!

Bingkisan Hari Ibu Untuk Si Mamah..

Rabu, 22 Desember 2010, pukul 08.00 pagi..

Entah, ada yang berbeda ketika saya melakukan rutinitas ini
Saat saya membuka bekal sarapan pagi yang selalu disiapkan olehnya
Bibir saya bergetar, tak kuasa menahan deru
Tiba-tiba saja air mata ini jatuh tak tertahankan

23 tahun lamanya sudah saya hidup di dunia ini
Dan selama itulah saya disiapkan makanan olehnya
Masakannya memang belum sekelas Farah Quinn
Tapi buat saya, Ia juaranya.

Entah sampai kapan saya bisa dimanjakan olehnya
Melewati setiap malam bersama peluknya
Mengarungi gelombang hidup dengan cintanya
Kasihmu sungguh sebuah pelita bagi hati ini

Selamat Hari Ibu, Mah..
Terima kasih atas doa di setiap sholatmu
Terima kasih atas pengorbanan untuk saya
Terima kasih atas cintamu yang tak terbatas

Selamat Hari Ibu, Mah
Maaf jika saya selalu memberatkan perjuanganmu
Maaf jika terlalu sering lidah ini membuatmu terluka
Maaf jika sampai detik ini saya belum bisa menjadi kebanggaanmu

Ya Allah, sayangilah Ibuku, sayangilah kedua orangtuaku
Sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil
Amin.

Mah, bagi duit dong! Hehe..
XOXO